MANISNYA IMAN SANG PANGLIMA
Pada peristiwa pembebasan Negeri Syam, hiduplah seorang panglima perang bernama Abdullah bin Hudzafah RA. Ia ditugasi memerangi penduduk Kaisariah, sebuah kota benteng di Palestina. Namun dalam misi tersebut ia kalah dan ditawan oleh tentara Romawi, kemudian dibawa menghadap Kaisar Heraklius.
Heraklius menguji keimanan Abdullah dengan berbagai bujukan. Pertama, ia menawari harta. Abdullah menolak. Kemudian ia menawarkan pernikahan dengan putrinya, jabatan tinggi, bahkan separuh kerajaan dan harta Romawi. Tetapi Abdullah tetap teguh, tidak mau meninggalkan agamanya.
Karena gagal membujuk, Heraklius kemudian menyiksa Abdullah. Ia dipenjara tanpa makan dan minum selama tiga hari. Pada hari keempat, Abdullah diberi arak dan daging babi, namun ia tetap menolak memakannya, meski dalam keadaan darurat hal itu diperbolehkan. Ia menolak agar kaum Romawi tidak menganggapnya melemahkan Islam.
Heraklius semakin marah, lalu memerintahkan agar Abdullah disalib. Ia tetap menolak berpindah agama. Kemudian disiapkan kuali besar berisi air mendidih. Seorang tawanan Muslim lain dilempar terlebih dahulu dan langsung hancur menjadi tulang belulang. Ketika Abdullah hendak dilempar, ia menangis. Heraklius mengira ia takut mati, namun ternyata Abdullah berkata:
“Aku menangis karena aku hanya memiliki jiwa sebanyak jumlah rambutku. Andai lebih banyak, semuanya ingin aku korbankan di jalan Allah.”
Mendengar itu, Heraklius menyadari kekalahannya. Ia menawarkan pembebasan Abdullah jika ia mau mencium kepalanya. Abdullah menyetujui dengan syarat 300 tawanan Muslim juga dibebaskan. Heraklius pun memenuhi permintaan tersebut, sehingga Abdullah dan para tawanan lainnya selamat.
Kisah ini menunjukkan betapa manisnya iman seorang panglima yang tidak tergoda oleh dunia dan tetap teguh mempertahankan keyakinannya.
Ringkasan (Simpulan) Singkat
Kisah Abdullah bin Hudzafah RA menggambarkan keteguhan iman, keberanian, dan prinsip yang tidak goyah meski dihadapkan pada harta, jabatan, ancaman, hingga maut. Abdullah menolak seluruh tawaran duniawi demi menjaga keyakinannya kepada Allah Swt., dan kesabaran serta keteguhannya akhirnya membuat musuh mengakui kekalahan. Ia juga menyelamatkan 300 tawanan lainnya karena keberaniannya.
Hikmah yang Dapat Dipetik
-
Keimanan yang kuat membuat seseorang tidak mudah tergoda oleh dunia.
Harta, jabatan, dan kesenangan tidak sebanding dengan nilai keimanan. -
Kesabaran dan keteguhan hati akan membuka jalan keluar dari kesulitan.
-
Keberanian membela kebenaran dapat membawa manfaat bagi diri sendiri dan orang lain.
-
Mengutamakan ridha Allah lebih tinggi daripada keselamatan dunia.
-
Pemimpin sejati bukan hanya memikirkan dirinya, tetapi juga keselamatan umatnya.
Kaitkan Dengan Pengalaman Hidup
(Contoh jawaban yang bisa ditulis di buku)
Dalam kehidupan sehari-hari, saya belajar bahwa mempertahankan prinsip itu penting, meskipun kadang ada godaan atau tekanan dari lingkungan. Misalnya, ketika teman-teman mengajak melakukan sesuatu yang tidak baik, saya harus berani menolak meskipun takut dianggap berbeda. Saya juga pernah mengalami situasi ketika ingin menyerah saat menghadapi tugas sulit, tetapi dengan tekad dan kesabaran ternyata tugas tersebut bisa diselesaikan.
Dari kisah Abdullah bin Hudzafah RA, saya belajar bahwa iman harus dijaga dalam kondisi apa pun, dan keberanian memegang prinsip dapat membawa kebaikan tidak hanya untuk diri sendiri, tetapi juga untuk orang lain di sekitar kita.
