Pada dasarnya, setiap manusia dilahirkan dengan membawa fitrah, yaitu keyakinan tentang adanya Zat Yang Maha Kuasa. Dalam istilah agama, keyakinan ini disebut iman.
Manusia telah menyatakan keimanannya kepada Allah Swt. sejak berada di alam ruh. Hal ini dijelaskan dalam Q.S. al-A‘raf/7:172 sebagai berikut:
Q.S. al-A‘raf/7:172
"Dan (ingatlah) ketika Tuhanmu mengeluarkan dari sulbi (tulang belakang) anak cucu Adam keturunan mereka, dan Allah mengambil kesaksian terhadap roh mereka (seraya berfirman), 'Bukankah Aku ini Tuhanmu?' Mereka menjawab, 'Betul (Engkau Tuhan kami), kami bersaksi.' (Kami lakukan yang demikian itu) agar pada hari kiamat kamu tidak mengatakan, 'Sungguh, ketika itu kami lengah terhadap ini.'"
Makna Iman
Kata iman berasal dari bahasa Arab:
اَÙ…َÙ†َ – ÙŠُؤْÙ…ِÙ†ُ – Ø¥ِÙŠْÙ…َانًا (amana – yu’minu – imanan)
yang berarti percaya atau beriman.
Secara bahasa, iman memiliki makna:
-
kepercayaan
-
keyakinan
-
ketetapan hati
-
keteguhan hati
Imam Syafi‘i dalam kitab al-Umm menjelaskan bahwa iman adalah ucapan, perbuatan, dan niat, dan salah satunya tidak akan sempurna tanpa yang lain.
Pilar-Pilar Keimanan
Pilar keimanan terdiri dari enam perkara yang dikenal sebagai Rukun Iman. Seorang muslim wajib mengimani semuanya. Jika salah satu diingkari, maka gugurlah keimanannya.
Enam rukun iman tersebut adalah:
-
Iman kepada Allah Swt.
-
Iman kepada para rasul Allah Swt.
-
Iman kepada malaikat-malaikat Allah Swt.
-
Iman kepada kitab-kitab suci Allah Swt.
-
Iman kepada hari akhir.
-
Iman kepada qada dan qadar Allah Swt.
Dalil Rukun Iman – Q.S. an-Nisa/4:136
"Wahai orang-orang yang beriman! Tetaplah beriman kepada Allah dan Rasul-Nya (Muhammad), serta kepada Kitab (Al-Qur’an) yang diturunkan kepada Rasul-Nya, dan kitab-kitab yang diturunkan sebelumnya. Barangsiapa ingkar kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, rasul-rasul-Nya, dan hari kemudian, maka sungguh, orang itu telah tersesat sangat jauh."