Menterjemahkan Ayat Q.S. at-Taubah/9:105
“Dan katakanlah, ‘Bekerjalah kamu, maka Allah akan melihat pekerjaanmu, begitu juga Rasul-Nya dan orang-orang mukmin. Dan kamu akan dikembalikan kepada (Allah) Yang Mengetahui yang gaib dan yang nyata, lalu diberitakan-Nya kepada kamu apa yang telah kamu kerjakan.’”
(Q.S. at-Taubah/9:105)
Asbabun Nuzul Q.S. at-Taubah/9:105
Tidak ada sebab khusus yang melatarbelakangi turunnya ayat 105 ini. Ayat tersebut sangat berkaitan dengan ayat sebelumnya yaitu ayat 102–104, yang berisi anjuran untuk bertobat serta melakukan tindakan nyata seperti membayar zakat dan bersedekah.
Pada ayat 105, Allah Swt. memerintahkan untuk melakukan berbagai aktivitas, baik yang tampak maupun yang tersembunyi. Menurut Lubābun Nuqūl fī Asbābin Nuzūl, setelah selesai berperang Rasulullah Saw. bertanya, “Siapa orang-orang yang diikat pada tiang itu?” Seseorang menjawab bahwa mereka adalah Abu Lubabah dan teman-temannya yang tidak ikut berperang. Mereka bersumpah tidak akan melepaskan diri kecuali Rasulullah sendiri yang membukanya.
Rasulullah Saw. kemudian bersabda, “Aku tidak akan melepaskan mereka kecuali jika Allah memerintahkannya.” Setelah itu turunlah Q.S. at-Taubah/9:102, dan Rasulullah pun melepaskan serta memaafkan mereka.
Menelaah Tafsir Q.S. at-Taubah/9:105
Menurut Tafsir al-Mishbāh, ayat ini mendorong manusia untuk senantiasa mawas diri dan mengawasi amal perbuatannya. Allah Swt. mengingatkan bahwa setiap amal, baik maupun buruk, memiliki hakikat yang tidak dapat disembunyikan. Semua amal tersebut disaksikan oleh Allah, Rasulullah Saw., dan orang-orang mukmin.
Pada hari kiamat, Allah Swt. akan membuka seluruh tabir sehingga setiap manusia dapat melihat secara langsung hakikat amal yang telah dikerjakannya.
Pesan-Pesan Mulia dalam Q.S. at-Taubah/9:105
-
Perintah beramal saleh.
Setiap muslim diperintahkan untuk beramal saleh sehingga manfaatnya dapat dirasakan oleh diri sendiri dan masyarakat. Semua amal harus dilakukan dengan ikhlas untuk mengharap rida Allah Swt. -
Setiap amal akan disaksikan dan dibalas.
Amal baik akan dibalas dengan pahala, sedangkan amal buruk akan dibalas dengan siksa. Karena itu, seorang muslim hendaknya memperbanyak amal saleh semasa hidup. -
Tidak merasa cukup dengan amal yang sudah dilakukan.
Sikap cepat puas akan menghambat seseorang untuk terus beramal saleh. Seorang mukmin perlu menumbuhkan inisiatif agar orang lain ikut terdorong melakukan kebaikan. Pemberi contoh akan memperoleh pahala berlipat tanpa mengurangi pahala orang yang mengikutinya. -
Kesadaran bahwa manusia akan kembali kepada Allah.
Setiap manusia akan kembali ke akhirat dan menerima balasan atas amal perbuatannya. Jangan sampai terbuai oleh gemerlap dunia hingga melalaikan kehidupan akhirat yang kekal.
Makna ‘Kerja’ dalam Al-Qur’an
Kata ‘amal (عمل) yang berarti bekerja terulang sebanyak 412 kali dalam Al-Qur’an. Hal ini menunjukkan betapa pentingnya bekerja dalam kehidupan manusia. Amal saleh adalah segala pekerjaan yang memberi manfaat bagi diri sendiri dan orang lain, mencakup bidang ekonomi, kesehatan, pendidikan, sosial, spiritual, dan lain-lain.
Karena itu, Islam mendorong umatnya untuk bekerja keras dan memiliki etos kerja yang tinggi.
Hadis tentang Pentingnya Bekerja Keras
Rasulullah Saw. bersabda:
“Sungguh, sekiranya salah seorang di antara kalian mengambil beberapa utas tali, kemudian pergi ke gunung untuk membawa seikat kayu bakar dan menjualnya sehingga Allah mencukupi kebutuhannya, itu lebih baik baginya daripada meminta-minta kepada manusia, baik mereka memberi ataupun tidak memberi.”
(H.R. Bukhari)
Hadis ini menegaskan bahwa bekerja keras untuk memenuhi kebutuhan hidup jauh lebih baik dan lebih dicintai Allah daripada bergantung pada bantuan orang lain.
Perintah Berusaha dalam Al-Qur’an
Allah Swt. berfirman:
“Apabila salat telah dilaksanakan, maka bertebaranlah kamu di bumi; carilah karunia Allah dan ingatlah Allah banyak-banyak agar kamu beruntung.”
(Q.S. al-Jumu’ah/62:10)
Ayat ini menunjukkan bahwa setelah menunaikan kewajiban ibadah, manusia diperintahkan untuk berusaha, bekerja, dan mencari rezeki yang halal.
Hadis tentang Makan dari Hasil Usaha Sendiri
Rasulullah Saw. bersabda:
“Tidak ada makanan yang lebih baik dari makanan hasil usaha tangannya sendiri. Nabi Daud a.s. juga makan dari hasil usahanya sendiri.”
(H.R. Bukhari)
Hadis ini menunjukkan kemuliaan seseorang yang bekerja dan mengonsumsi hasil jerih payahnya sendiri.
